Senin, 04 Januari 2010

Filsafat ilmu dunia perikanan

Tidak satu hari pun kita lewati tanpa ditemani apa yang disebut dengan teknologi, akan tetapi kita menderita juga dengan adanya teknologi. Apa yang di katakan oleh Pak Jujun Suriasumantri di dalam bukunya Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, paling tidak 80% ada benarnya, bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi telah berjasa meberikan kemudahan-kemudahan di dalam mendisain nasah-naskah ilmiah. Perjalanan sains dan teknologi juga sangat berperan di dalam pembangunan sistem kelautan dan perikanan di dunia secara global dan Indonesia pada khususnya. Sebagai tilik kaji melihat pasang surut perkembangan Kelautan dan Perikanan di Indonesia, manakala banyak orang awam berpendapat bahwa kita adalah negara maritim, saya melihat bagaimana perikanan tangkap di Indonesia di tinjau dari aspek filsafat dan analisis keberlanjutannya adalah murapakan cermin yang curam bahwa secara Ontologis, kita adalah negara maritim kaya dengan potensi perikanan laut Indonesia yang terdiri atas potensi perikanan pelagis dan perikanan demersal tersebar pada hampir semua bagian perairan laut Indonesia yang ada seperti pada perairan laut teritorial, perairan laut nusantara dan perairan laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km2 dengan garis pantai terpanjang di dunia sebesar 81.000 km dan gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508, memiliki potensi ikan yang diperkirakan terdapat sebanyak 6.26 juta ton pertahun yang dapat dikelola secara lestari dengan rincian sebanyak 4.4 juta ton dapat ditangkap di perairan Indonesia dan 1.86 juta ton dapat diperoleh dari perairan ZEEI. Pemanfaatan potensi perikanan laut Indonesia ini walaupun telah mengalami berbagai peningkatan pada beberapa aspek, namun secara signifikan belum dapat memberi kekuatan dan peran yang lebih kuat terhadap pertumbuhan perekonomian dan peningkatan pendapatan masyarakat nelayan Indonesia. Sisi Epistimologisnya bahwa profil nelayan tradisional walaupun pada umumnya cukup terampil menggunakan peralatan yang dimilikinya dengan sarana penangkapan ikan dan kemampuan yang sangat terbatas dan seringkali sulit untuk ditingkatkan ke arah yang lebih modern. Posisi ekonomi nelayan yang sangat readah diakibatkan karena modal terbatas, produktivitas yang rendah dengan hasil tangkapan ikan yang tidak menentu sebagai akibat pengaruh musim, juga dengan jaminan pemasaran ikan yang tidak menentu karena masih terdapatnya berbagai kendala dalam penentuan harga jual pada tingkat nelayan. Hal lain yang juga menarik adalah kondisi psikologis dan sosologis masyarakat nelayan, umumnya berada dalam lingkungan hidup sosial yang cenderung tidak memikirkan hari depannya, dan karenanya kurang kesadaran untuk menyimpan sebagian pendapatan yang diperolehnya terutama pada saat musim ikan. Kondisi seperti di atas ternyata merupakan peluang bagi tumbuh suburnya para tengkulak, dengan memanfaatkan berbagai macam kelemahan yang dimiliki para nelayan tradisional. Aspek Theologi, ada satu prinsip yang harus dipegang dalam kebijakan perikanan dan kelautan saat ini dan yang akan datang bahwa " Bagaimanapun juga nelayan Indonesia harus mampu menjadi tuan rumah di lautnya sendiri". Untuk mencapai hal tersebut, maka harus diupayakan mentransformasi para nelayan tradisonal kita menjadi nelayan modern yang tangguh untuk memanfaatkan semua potensi sumberdaya ikan yang ada, yang sekaligus dapat memainkan peran ganda dalam membantu menjalankan fungsi pengawasan terhadap berbagai praktek ilegal yang dilakukan di laut, terutama oleh nelayan-nelayan kapal asing yang masih berseliwuran menangkap ikan di perairan Indonesia tanpa dapat dihentikan.
(Grad Student, System and Modelling Fish. Mngt, Bogor Agricultural Univ.)

Minggu, 13 Desember 2009

MASALA DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT

1.         PENDAHULUAN

 

Sebagai Negara kepulauan terbesar di Dunia, Indonesia memiliki potensi sumberdaya perairan dan kelautan yang melimpah. Potensi perikanan yang telah digali dan dimanfaatkan walaupun belum secara maksimal. Beberapa faktor seperti kemiskinan, pendidikan masyarakat pesisir yang rendah, pelanggaran hukum dan illegal fishing, dan kegiatan pembangunan yang tidak bijaksana berpotensi menjadi ancaman bagi keberadaan sumberdaya pesisir dan kelautan.

Pengelolaan secara terpadu dengan mengenali secara baik kondisi spesifik sumberdaya pesisir dan lautan setiap daerah merupakan kebutuhan untuk mencapai keberlanjutan dalam pemanfaatan sumberdaya ini. Keikutsertaan masyarakat dalam perencanaan pembangunan dengan memandangnya sebagai suatu kesatuan ekosistem pesisir dan lautan merupakan wujud dari pengelolaan secara terpadu. Sumberdaya pesisir dan lautan sebagai tumpuan modal pembangunan bagi kemakmuran bangsa dapat terwujud tergantung pada komitmen dan dukungan semua pihak.

Sumberdaya pesisir (coastal zone) merupakan suatu wilayah yang berada diantara daratan dan lautan dengan segala proses yang terjadi di dalamnya sebagai suatu perwujudan interaksi yang intens antara proses di daratan dan dilautan (Sorensen et al., 1990). Secara ekologis wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara ekosistem daratan dan lautan dengan batas ke arah daratan mencakup daerah-daerah yang tidak tergenang maupun tergenang air.

Daerah ke arah darat, mencakup wilayah yang masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi di laut seperti pasang-surut, percikan gelombang, angin laut dan intrusi garam, sedangkan batas ke arah laut meliputi wilayah yang dipengaruhi oleh proses-proses alamiah dan kegiatan manusia di daratan seperti aliran air tawar (river run off and surface run off), sedimentasi, pencemaran dan lainnya (Clark, 1996 dan Dahuri et al., 1996).

Posisi secara ekologis seperti demikian memberikan sumbangan terhadap tinggi dan uniknya kekayaan keanekaragaman hayati yang tidak dimiliki wilayah lain. Sebaliknya pula dengan keunikan posisi wilayah tersebut, memberikan konsekuensi kepekaannya akan perubahan lingkungan akibat perubahan yang terjadi di wilayah daratan maupun perubahan yang terjadi di lautan. Oleh karena itu pengelolaan yang bijaksana terhadap sumberdaya ini sangat diperlukan.

Arus utama (mainstream) pembangunan nasional saat ini yang berbasis pada sumberdaya pesisir dan lautan didasarkan pada (1) alasan ekonomi, (2)sifat dari sumberdaya ini yang dapat diperbaharui (renewable resources) yang dapat dikelola secara berkelanjutan (sustainable), (3) secara politik, posisi geopolitik yang strategis dapat menjamin keamanan bila lautan dikelola secara baik dan (4) secara sosial budaya masyarakat telah mengenal sumberdaya lautan sebagai penopang hidupnya sejak dahulu kala. Apakah cita-cita untuk meletakkan kembali sumberdaya pesisir dan lautan sebagai suatu aspek kehidupan yang pernah dominan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sangat bergantung pada aktor-aktor yang terlibat di dalam pengelolaan dan pemanfaatannya. Selanjutnya dalam makalah ini akan dikaji pola pendekatan yang perlu dilakukan untuk mencapai kelestarian dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan dengan memperhatikan potensi, peluang maupun tantangan yang akan dihadapi di masa depan.